SELAMAT DATANG

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

M.HASAN

M.HASAN
ALLAH AKAN MENGANGKAT DRAJAT ORANG ORANG YANG BER ILMU

PPMU

PPMU
SEMOGA ALLAH MELIMPAHKAN RAHMAT PADA PENGASUH PMMU AMIIN

contoh laporan ppl 2011

Jumat, 08 Juli 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang bayi yang lahir ke dunia ini memerlukan orang lain agar dapat terus hidup dan berkembang menjadi manusia. Tanpa ada dan berperannya orang lain (Ibunya, Bapaknya, Saudara dan Famili-Famili, Guru-Gurunya, Teman-Temannya, konselor, Dokter, dan lain sebagainya) bayi itu kemungkinan besar akan meninggal dunia. Disini tugas bimbingan dan konseling bagaimana dapat mengarahkan dan mampu memberikan jalan keluar yang baik.
Manusia dituntut untuk mampu berkembang dan menyesuaikan diri terhadap diri. Begitu pula anak didik, karena pada proses anak-anak merupakan proses pembentukan dan penanaman jiwa dan pola pikir untuk kemudian hari.
Program Bimbingan Konseling adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yang merupakan sebagian dari seluruh proses implementasi kurikulum sekolah yang dalam pelaksanaannya satu dengan yang lainnya saling melengkapi baik dari program pendidikan atau pengajaran sekolah.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan murid tidak akan terlaksana secara efektif dan efisien bila tidak ditunjang dengan program bimbingan dan konseling. Program tersebut merupakan kebutuhan mutlak di sekolah yang bermaksud untuk membentuk siswa dalam mencapai tingkat perkembangan studi yang optimal.
Banyak yang kita temui siswa yang merasa kesulitan dalam rangka menemukan jati dirinya, baik kesulitan yang bersifat instrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik. Sehingga dapat menyebabkan adanya hambatan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, termasuk proses belajar didalam sekolah. Pada saat keadaan itu muncul guru pembimbing berperan untuk mengetahui sebab-sebab yang melatar belakangi sikap dan tindakan peserta didik tersebut, sehingga guru pembimbing dapat membantu menangani masalah dari peserta didik dengan meneliti latar belakang tindakan-tindakan siswa melalui serangkaian interview atau wawancara dan informasi dari beberapa data sehingga penyelesaian masalah dapat terlaksana secara efisien.
Bimbingan ini diberikan kepada siswa untuk menemukan jati dirinya, mengenal lingkungannya dan mampu merencanakan masa depannya. Bimbingan dalam rangka menemukan jati diri yang dimaksud adalah agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Adapun yang dimaksud dengan pengenalan lingkungan adalah peserta didik mengenal lingkungannya secara aktif dan efektif baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi itu secara positif dan dinamis. Pengenalan lingkungan itu yakni meliputi lingkungan rumah, sekolah dan alam sekitarnya serta lingkungan itu yang lebih diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud dan dapat membantu pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.



B. Pengertian
Merujuk pasal 29 peraturan pemerintah No.29 Tahun 1999 : Bimbingan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. (Depdikbud,1999). lebih lanjut dalam kurikulum 1994 telah dijelaskan bahwa bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan serta merencanakan masa depan baik menyangkut dalam bidang pendidikan karier maupun dibidang yang lain. atau Layanan bimbingan Siswa adalah upaya mengenal, memahami, menetapkan kasus siswa dengan kegiatan Mengindentifikasi, Mendiagnosi, Memprognosis dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Sedangkan studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari suatu keadaan dan perkembangan siswa secara mendalam melalui analisis data-data yang terkumpul baik yang dengan keadaan Jasmani, Keluarga, Keadaan, Linkungan Sosial, Kecerdasan serta segala sesuatu tentang tingkah laku yang akan dinilai.
C. Tujuan
Kegiatan layanan bimbingan siswa bertujuan untuk :
Tujuan umum :
Mencoba memahami beberapa kondisi yang terjadi di sekolah dan pada anak didik dalam upaya peningkatan mutu prestasi pendidikan.
Tujuan khusus :
1. Mengenal latar belakang pribadi siswa yang dianggap bermasalah.
2. Membantu siswa dalam usaha penyelesaian masalah dan mencapai prestasi se-optimal mungkin.
3. Mengadakan interprestasi dan diagnosis tentang perbuatan atau tingkah laku siswa sesuai dengan masalah atau kasus yang dihadapi.
4. Memperhatikan Follow Up dari kegiatan bimbingan tersebut sehingga dapat diketahui Optimalisasi target yang dikehendaki
D. Pelaksanaan
1. Waktu
Layanan bimbingan dan penyuluhan siswa dilaksakan terintegrasi dengan pelatihan praktek mengajar yang dilaksanakan dari tanggal 30 Nopember 2009 sampai dengan 03 Januari 2010.
2. Tempat
Kegiatan layanan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan di SLTPN 2 Pakuniran Probolinggo.
E. Metode Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang tepat, praktikan menyaring berbagai informasi tentang siswa-siswa yang bermasalah dengan berbagai cara atau metode. Hal ini terdapat dalam layanan bimbingan untuk mengumpulkan data yang bertujuan untuk memperoleh keterangan sebanyak-banyaknya tentang diri siswa dan lingkungannya.
Adapun metode-metode tersebut dalam layanan lingkungan bimbingan siswa antara lain :

Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif yang berkaitan dengan perilaku peserta didik, dengan cara mengamati secara langsung perilaku siswa ketika di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Metode Wawancara
Metode ini digunakan kalimat verbal sebagai alat pengumpulan data tentang diri siswa dengan cara mengadakan wawancara (tatap muka/face to face).
Metode Analisis Dokumenter
Metode ini merupakan suatu alat pengumpul data tentang diri siswa yang berkasus dengan cara mengambil catatan terutama pengambilan data yang berhubungan dengan nilai. Misalnya, data dari buku tulis, buku laporan mingguan, nilai raport dan lain sebagainya.
Metode Chek List
Metode ini digunakan sebagai pelengkap dengan tujuan untuk menemukan beberapa keadaan kasus siswa yang bersangkutan adalah tenang kesehatan, ekonomi, hobi, pergaulan keluarga, bakat dan sebagainya.
F. Arti penting konseling
Dengan profesionalisasi bimbingan yang makin berkembang, akan mengarah ikut sertanya para guru–guru dalam program bimbingan tampaknya boleh dimengerti diberapa sekolah yang cukup dilengkapi dengan konselor-konselor yang terlatih secara profesional akan menguntungkan akan tetapi rata-rata di sekolah – sekolah berhasilnya program bimbingan tergantung pada pengertian yang simpatik dan kerjasama dengan guru-guru.
Hubungan guru-guru dengan program bimbingan dan dapat ditinjau dari dua sisi:
a. Hubungan guru dengan bimbingan yang dimiliki oleh sekolah, dimana manusia intrukstur atau orang-orang tertentu ditetapkan sebagai Guidance Office, yang masing-masing bertanggung jawab atas suatu kelompok yang terdiri darai dari 20 atau 30 murid.
b. Hubungan program bimbingan dengan tiap guru-guru dalam kelas dan ekstrakurikuler.
Apabila pertisipasi dalam program bimbingan dianggap sebagai suatu tanggung jawap rutin lainnya yang ditambahkan pada beban yang sudah berat ini, maka gairahan pada program bibingan dengan sendirinya berkurang. Seorang guru dapat diharapkan dapat membuktikan diri sepenuhnya pada pada program semacam itu hanya apa bila, hubungan bimbingan dengan tugas kewajiban yang telah dilakukan benar-benar dimengerti dengan jelas. Menggunakan semaksimal mungkin riwayat dari test kumulatif ini dalam diagnose kesulitan-kesulitan belajar anak serta memeperbaiki interaksi-interaksinya.
G. Pendekatan Konseling
Ada beberapa pendekatan konseling yang dapat dilakukan konselor untuk membantu kliennya. Secara umum, Giorge and Cristiani (1981) mengelompokkan pendekatan-pendekatan konseling kedalam tiga orientasi pendekatan, yaitu pendekatan kognitif, pendekatan afektif dan pendekatan behavior.
Di sini, praktikan mencoba dan menggunakan pendekatan kognitif yang menekankan proses berfikir rasional klien berkaitan dengan kesulitan-kesulitan psikologis dan emosional. Pendekatan ini didasari oleh keyakinan bahwa cara berfikir klien mempengaruhi perasaan dan tindakannya. Oleh karena itu, jika cara berfikirnya rasional maka perasaan dan tindakannya juga akan mencerminkan cara berfikir rasional. Konseling yang berorientasi kognitif ini berperan aktif dan deduktif untuk mendidik klien sehingga klien tersebut meninggalkan pandangan-pandangan yang tidak rasional, di samping itu, pendekatan kognitif ini juga menekankan perubahan tingkah laku.
Kemudian penulis/praktikan juga menggunakan konseling Triad and factor, karena pendekatan ini termasuk pendekatan yang berorientasi kognitif. Dimana pendekatan ini lebih menekankan pada proses rasional dan mambantu klien mencapai perubahan tingkah lakunya sebagaimana pendekatan kognitif lainnya. Artinya, dalam konseling ini konselor aktif membantu, mengajar, mengarahkan klien agar dapat mencapai perubahan yang memuaskan baik bagi dirinya maupun masyarakat.







BAB II
LAYANAN BIMBINGAN SISWA



A. Alasan Memilih Klien
Alasan Penulis memilih klien dalam studi kasus ini adalah dikarenakan anak tersebut selelu menunujukkan gejala-gejala sbagai berikut:
a. Minat belajar kurang
b. Sikap Malu-malu
c. kurang memperhatikan Guru ketika dalam menjelaskan (Bergurau Sendiri)
d. sering menggoda temen perempuan di kelasnya.
B. Data Siswa
1. Identitas Siswa
Nama : Syaiful Rizal
Tetala : Probolinggo, 03 Maret 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Alas Tengah
Kelas/ Sekolah : IX C / SMP2N Pakuniran
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Abdur Rozaq (Bercerai)
Alamat : Alas Tengah
Pekerjaan : Dagang/Tani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Nama Ibu : Namiyati
Alamat : Alas Tengah
Pekerjaan : Dagang/Tani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : MTs
3. Komposisi Keluarga
Jumlah Anggota : 3 (Tiga Orang)
Anak Ke : 1 (Satu)
Jumlah Saudara : -
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
4. Kondisi Siswa
Tinggi Badan : 145
Berat Badan : 45 Kg
Raut Muka : Ovale
Warna Kulit : Sawo Matang
Warna Rambut : Pirang Hitam
Kebiasaan : Belajar
5. Keadaan Kesehatan
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Pembicaraan : Normal
Penyakit yang sering dialami : Tipes, Kurang Darah (Anemia)
6. Riwayat Pendidikan Siswa
Sekolah dasar : Umur 7 Tahun
Sekolah menengah pertama : Umur 13 Tahun
Jarak rumah ke sekolah : +_1000 (1 KM)
7. Kegiatan Klien Siswa
Pagi Hari : Nyapu Halaman/ Nyiram
Siang Hari : Tidur/ Bermain
Malam Hari : Ngaji Al-Qur’an Di Musholla
Waktu Belajar : 18.00-19.00 WIB-Selesai
Pembibingan Belajar : Belajar Bimbel 24
8. Cita-Cita
 Pengen Jadi Guru
9. Tingkah Laku Siswa
Sikap Terhadap Guru : Kurang Baik
Sikap Terhadap Konselor : Baik
Sikap Terhadap Teman : Baik

10. Masalah Yang Dihadapi Oleh Siswa
 Minat Kurang belajar (Malas)
 Malu-Malu
 Kurang Memperhatikan Guru ketika menjelaskan (Bergurau)
 Sering menggoda temen perempuan dikelasnya
Berdasarkan data yang terkumpul, maka untuk mengelola dan menganalisa data yang telah ada, penulis menggunakan tekhnik analisa reflektif. Cara ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat kuantitatif.
Analisa reflektif ini dipergunakan untuk memperbaiki atau memahami permasalahan yang dihadapi oleh klien melalui data yang di peroleh, kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang ada untuk mengambil beberapa alternative pemecahan yang menyangkut masalah siswa sehingga pemecahan masalah tersebut akan mendekati sasaran atau tujuan yang akan dicapai.
A. Identifikasi Kasus
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket yang diisi dan lain sebagainya, maka penulis dapat mengidentifikasikan sebagai berikut :
1. Latar belakang Keluarga
Klien adalah anak Pertama yang diwajibkan untuk melanjutkan sekolah. Karena pengaruh ekonomi dan jarak yang mudah dijangkau klien dianjurkan sekolah di SLTPN 2 Pakuniran.
Bapak yang disibukkan dengan Kerja proyek dan ibu sibuk bekerja sebagai buruh Tani. Kedua orangtua sama-sama bekerja dan klien anak Pertama yang sangat jauh kurang perhatian dari orang tua Untuk mengisi kesendiriannya klien bermain dengan banyak teman. Dan disini masalah mulai timbul karana klien tidak memilah teman bermain yang nakal dan yang baik. Selain dari pada itu, kebiasaan klien ketika bergaul tanpa control dari orang tua, sehingga menjadikan klien mudah terpengaruh dan terbawa arus pergaulan dari teman-temannya yang memang rata-rata kurang begitu baik.
Kesibukan bapak dan ibu untuk mencari nafkah keluarga, akhirnya tidak pernah ada kontrol belajar seperti melihat buku tulisnya dan tidak pernah menegur kalau klien tidak belajar dalam seharinya.
2. Keadaan Fisik Dan Kesehatan
Klien tergolong baik pertumbuhannya, berat, tinggi badannya normal. Klien juga memiliki kondisi kesehatan yang baik. Hanya saja, klien sering menggalami sakit tipus. Penyakit tipus yang diderita klien karena tidak teratur makan di karenakan kebanyan bermain sehingga makannya tidak tepat waktu. Kepribadian
Pada dasarnya Klien sendiri merupakan anak yang baik. Akan tetapi, karena ia kurang bisa mengontrol diri dan kurangnya kontrol dari orang tua maupun guru, akhirnya ia terpengaruh oleh teman-temannya sehingga dia kadang bergurau ketika KBM berlangsung. Dalam hal belajar sebenarnya klien bersemangat, karena dihadapkan dengan berbagai masalah sehingga kesungguhan dalam belajar mulai berkurang. Sebenarnya kondisi ini imbas dari rasa kurang perhatian / Kontrol dari keluarga.
Mata pelajaran yang sangat tidak disukai klien adalah matematika dan bahasa inggris, berawal dari tidak begitu paham dan setelah sampai dirumah tidak ada bimbingan mata pelajaran tersebut. Akhirnya karena merasa sulit untuk dipahami dan tidak adanya yang mengajari di rumah maka klien sangat tidak suka pada pelajaran matematika dan bahasa inggris. Oleh sebab itu setiap ada PR dua mata pelajaran tersebut tidak pernah dikerjakan sendiri rumah dan nyontek setelah di sekolah besok paginya pada temen sekelasnya.
B. Diagnosis
Melihat gejala-gejala yang ditunjukkan oleh klien dan dipadukan dari sumber-sumber lain yang akurat. Guna mendapatkan hasil yang holistik tentang beberapa hal yang mempengaruhi kondisi klien, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jenis bantuan atau alternatif pemecahan masalah.
Adapun alternative pemecahan masalah (problem salving) yang dapat penulis sebutkan antara lain :
1. Untuk Siswa
 Tunjukkanlah rasa baktimu dan prestasimu yang baik sehingga tidak menyesal dihari kemudian.
 Carilah teman yang biasa diajak bertukar fikiran dan belajar serta dapat membawamu ke yang lebih baik.
 Jangan terlalu banyak melakukan sesuatu (seperti sering bergurau, kurang memperhatikan tugas dari Guru dan lain-lain) yang tidak ada manfaatnya.
 Hendaklah mulai sekarang membiasakan diri untuk belajar.
2. Untuk Orang Tua/Wali
 Supaya lebih memperhatikan terhadap kebiasaan klien.
 Menanamkan hidup mandiri.
 Tanamkanlah semangat pada diri sang anak dalam menghadapi segala hal.
 Perhatikan selalu kondisi kesehatan anak.
 Selalu memonitor kegiatan anak sehingga merasa selalu diawasi.
 Berkonsultasi secara intens dengan pihak sekolah, guna mengetahui perkembangan klien.
3. Untuk Guru
 Menjalin keakraban dengan klien, sehingga ia tidak takut mengungkapkan keluhan-keluhannya.
 Tunjukkanlah bahwa guru merupakan tempat wadah menimba ilmu.
 Berikan semangat dan keyakinan pada klien.
 Berupaya untuk selalu dapat memberikan saran dan nasehat jika melihat sesuatu yang menyimpang pada diri klien.
 Mengadakan komunikasi dengan pihak wali murid guna efektivitas penanganan permasalahan klien.
C. Prognosis
Dengan melihat indikasi dan mengetahui latarbelakang di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan awal :
1. Klien merupakan siswa yang bermasalah dan memerlukan bimbingan.
2. Klien mengalami kendala belajar yakni kurang bersemangat dalam belajar.

D. Follow Up/Evaluasi
Setelah konselor tentukan alternative pemecahannya, maka beberapa bantuan yang dapat konselor lakukan yakni dengan cara sebagai berikut :
a. Menyarankan pada orang tuanya untuk selalu memberinya kasihsayang dan nasehat.
b. Lebih mendekatkan diri pada klien agar ia mau mengungkapkan semua yang menjadi permasalahannya.
c. Memberikan pembelajaran mental agar ia mau merubah sikap dan tingkah lakunya yang selama ini yang menyimpang dari kebiasaan.
Adapun tindak lanjut dari upaya layanan dan bimbingan konseling ini, konselor akan melimpahkan pengawasan klien sepenuhnya kepada para dewan guru, bagian BP dan orang tua, dimana klien sering berkumpul didalamnya, serta beberapa pihak yang dapat membimbing klien sehingga dapat merubah sesuai dengan apa yang diharapkan.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai masalah dan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi klien yang akan dicapai tidaklah hanya ditentukan oleh kemampuanya sendiri, akan tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor lain yang dimaksudkan yaitu faktor yang datang dari luar.
Berdasarkan kesimpulan diatas, sebenarnya klien masih dipandang banyak memiliki kemungkinan untuk lebih giat belajar, sehingga prestasinya bisa meningkatkan jika ada bimbingan serta arahan dari guru serta teman yang selalu berupaya mengingatkannya jika klien dipandang sudah mulai menunjukkan sikap kurang baik.
B. Saran-Saran
Untuk Siswa
 pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, demi tercapai citi-cita.
 Pergunakanlah dengan baik kepercayaan yang telah di berikan oleh orang tua.
 Kebiasaan buruk akan menjadi sikap yang mendarah daging, jika tidak cepat-cepat dirubah. Hal tersebut juga akan menimbulkan persangkaan negatif pada orang lain. Oleh karena itu, perbaikilah sikap dan buanglah kebiasaan buruk yang selama ini sering dilakukan.
Untuk Orang Tua/Wali
 Agar selalu berupaya dan berusaha untuk memonitoring perkembangan anak.
 Menciptakan suasana yang harmonis, penuh kasih sayang dengan tetap mengukur segala kebutuhan anak secara logis
Untuk Guru
 hendaknya memberikan motivasi agar siswa tergerak hatinya untuk lebih giat belajar, serta memantau kegiatan siswa baik di dalam maupun diluar jam sekolah.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer